Sejarah Bahasa Indonesia, Sejarah Persatuan Bangsa
PENDAHULUAN
Penggunaan bahasa Indonesia saat ini
banyak mengalami degradasi. Degradasi penggunaan bahasa Indonesia ini bisa
dilihat dalam penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik, penggunaan bahasa
Indonesia pada pergaulan sehari-hari, dan juga pada situasi-situasi resmi.
Terkhusus pada ruang publik yang merupakan wajah dari negara, penggunaan bahasa
selain bahasa Indonesia yang kian masif bisa mengancam eksistensi bahasa
Indonesia. Mungkin bagi sebagian masyarakat, hal itu tidak dianggap sesuatu
yang serius dan berbahaya. Akan tetapi, jika dilihat dari sisi sosial, budaya,
dan politik, hilangnya eksistensi bahasa Indonesia adalah hal yang sangat
berbahaya bagi kelangsungan bangsa Indonesia.
Seperti yang diketahui
bersama, bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan bahasa resmi negara
Indonesia. Kedudukan dan fungsi sebagai bahasa nasional berkaitan dengan aspek
politis, sedangkan kedudukan dan fungsi sebagai bahasa negara berkaitan dengan aspek
praktis. Mengenai bahasa nasional, Holmes (2008), menyebut bahasa persatuan
sebagai berikut.
“A national language is the language of a political, cultural, and
social unit. It is generally developed and used as a symbol of national unity.
Its function is primarily utilitarian rather than symbolic. It is possible, of
course, for one language to serve both function.”
Pandangan tersebut
mengemukakan bahwa bahasa nasional—dalam hal ini bahasa Indonesia—merupakan
simbol kesatuan bangsa. Bahasa Indonesia adalah kedaulatan, kebudayaan, dan
kehidupan sosial bangsa Indonesia. Bahasa nasional (Indonesia) merupakan alat
yang mampu menyatukan bangsa Indonesia yang majemuk. Tidak bisa dibayangkan,
tanpa bahasa Indonesia, apa yang akan menjadi simbol bahwa suku-suku yang ada
di Nusantara ini adalah Indonesia? Apa yang bisa menyatukan pikiran, jiwa, dan
ideologi ratusan suku dengan berbagai bahasa di wilayah Nusantara ini jika
bukan bahasa Indonesia? Memang ada Bendera Merah Putih dan Garuda Pancasila
sebagai lambang negara, tetapi posisi bahasa Indonesia—meskipun banyak yang
tidak menyadari—adalah yang paling berpengaruh terhadap kesatuan bangsa
Indonesia karena bahasa Indonesia melekat pada diri manusia Indonesia. Bahasa
Indonesialah alat persatuan bangsa Indonesia yang setiap hari digunakan. Dengan
berbahasa Indonesia, akan selalu ada rasa kesamaan di antara seluruh suku
bangsa yang jumlahnya ratusan di Indonesia. Tidak bisa dibayangkan bagaimana
jika kita tidak memiliki satu bahasa nasional, bahasa Indonesia, dalam
komunikasi antarsuku di wilayah Indonesia. Kita bisa melihat kasus di negara
India. Negara dengan jumlah penduduk besar seperti Indonesia yang tidak
memiliki bahasa nasional yang diketahui oleh seluruh penduduknya. Sneddon
(2003) mengungkapkan sebagai berikut.
“How remarkable the acceptance of Indonesian has been is shown
by a comparison with India, where forms for the 2001 census had to be printed
in 17 languages. By contrast, in every Indonesian census, forms have been
printed only in Indonesian, although the country has many more languages than
India.”
Pernyataan Sneddon tersebut
menggambarkan kepada kita betapa sulitnya sebuah bangsa yang memiliki penduduk
sangat besar dan tersebar dalam wilayah yang sangat luas jika tidak memiliki
bahasa yang mampu diketahui dan digunakan bersama oleh seluruh penduduknya.
Oleh karena itu, kita harus bersyukur dengan adanya bahasa Indonesia. Syukur
tersebut harus pula dimanifestasikan dalam tindakan nyata berupa sikap cinta
dan setia terhadap bahasa Indonesia serta senantiasa menjaga muruah dan
eksistensi bahasa Indonesia.
Penghargaan terhadap bahasa
Indonesia yang saat ini semakin menurun salah satu penyebabnya adalah
sedikitnya pengetahuan mengenai sejarah dan peranan bahasa Indonesia sejak masa
lampau. Masyarakat umumnya menganggap bahasa Indonesia adalah sesuatu yang ada
dengan sendirinya. Padahal, bahasa Indonesia bukanlah sesuatu yang given. Bahasa Indonesia adalah sesuatu
yang diupayakan dan dilahirkan dengan perjuangan. Kurangnya penghargaan
terhadap bahasa Indonesia yang dibuktikan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa
asing dan juga adanya anggapan bahwa bahasa asing memiliki nilai atau prestise
yang lebih tinggi adalah masalah yang harus diselesaikan demi menjaga muruah
bahasa Indonesia dan melindungi eksistensi bahasa Indonesia.
Semakin rendahnya
penghargaan atas bahasa Indonesia yang tecermin dari semakin maraknya
penggunaan bahasa asing di berbagai ruang publik di negeri kita merupakan
masalah yang perlu diatasi. Namun, terkadang ada kesulitan untuk menjelaskan
mengapa kita harus setia terhadap bahasa Indonesia. Kajian ini akan memaparkan
pentingnya bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia dilihat dari historis
pelahiran bahasa Indonesia yang memang sejak dahulu sudah diproyeksikan sebagai
pemersatu yang kuat bagi bangsa-bangsa yang ada di wilayah Nusantara yang
sangat kompleks. Kajian historis ini akan membangun collective memory bangsa Indonesia tentang visi pelahiran bahasa
Indonesia yang pada akhirnya dapat menyadarkan bangsa Indonesia bahwa bahasa
Indonesia adalah alat pemersatu bangsa yang sangat penting dan harus dijaga
demi keutuhan, kesatuan, dan kemajuan bangsa Indonesia.
Salah satu cara untuk
membangun ingatan bersama adalah dengan penjelasan dan pendidikan sejarah yang
detail mengenai bahasa Indonesia. Mengenai pentingnya sejarah, Wardani (2016)
menjelaskan sebagai berikut.
Tujuan pendidikan sejarah
salah satunya adalah untuk membekali pemahaman kepada peserta didik mengenai
peristiwa sejarah untuk dijadikan memori kolektif sebagai bagian dari bangsa.
Maka dari itu, usaha sejak dini untuk menanamkan nilai-nilai kepada peserta
didik tentang berbagai peristiwa sejarah yang penting untuk digunakan sebagai
dasar memahami dirinya, masyarakat, dan bangsanya, serta untuk membangun
pengetahuan dan pemahaman dalam menghadapi masa yang akan datang adalah sangat
penting dan tetap diperlukan dalam perspektif pendidikan.
Berdasarkan kutipan tersebut, bisa dikatakan bahwa sejarah bisa menjadi jembatan bagi masyarakat sekarang ini untuk menanamkan nilai tentang berbagai peristiwa sejarah. Dalam kaitannya dengan peristiwa sejarah bahasa Indonesia, pembangunan sejarah bahasa Indonesia yang menyeluruh akan dapat menjadi alat untuk membangun memori kolektif tentang bahasa Indonesia dan urgensi bahasa Indonesia dalam kehidupan berbangsa.
Ingatan bersama bangsa
Indonesia tentang bahasa Indonesia sampai saat ini hanya berhenti pada Sumpah
Pemuda yang diikrarkan pada 28 Oktober 1928. Hal tersebut sebenarnya tidaklah
salah karena Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak lahirnya bahasa Indonesia.
Namun, bagaimana bahasa Indonesia sampai dicetuskan jarang sekali dibahas dan
diketahui masyarakat. Oleh karena itu, peranan bahasa Indonesia, alasan
perumusan bahasa Indonesia, dan tokoh-tokoh yang berperan dalam pelahiran
bahasa Indonesia, dan perjuangan pada masa-masa awal bahasa Indonesia jarang
sekali diketahui masyarakat. Hal lain yang cukup ironis terkait kesejarahan
bahasa Indonesia adalah minimnya penyebutan bahasa Indonesia dalam sejarah
kemerdekaan NKRI. Sejarah kemerdekaan saat ini cenderung diisi dengan heroisme
tokoh-tokoh revolusi nirtokoh bahasa. Meskipun ada tokoh bahasa Indonesia yang
ikut dibicarakan, ketokohan yang dibicarakan bukan tentang
kebahasaindonesiaannya. Padahal, sejarah bahasa Indonesia adalah sejarah yang
menyatu dengan sejarah perjuangan kemerdekaan negara Indonesia. Salah satu cara
yang bisa dilakukan untuk menghadirkan sejarah bahasa Indonesia yang lebih
nyata adalah dengan memunculkan kembali sejarah lahirnya bahasa Indonesia agar
bangsa Indonesia tahu bahwa bahasa Indonesia benar-benar diupayakan oleh para
pejuang perintis kemerdekaan sebagai pemecah persoalan kemajemukan bangsa.
Saefu Zaman
Posting Komentar