PERUBAHAN BAHASA PADA TEKS NARATIF (1838, 1938, 2015)
LANGUAGE CHANGES IN NARRATIVE TEXT(1838, 1938, 2015)
Saefu Zaman
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
saefu.zaman@gmail.com
Abstrak: Perubahan bahasa Indonesia bisa dirunut ke masa lalu dengan melihat induk bahasa Indonesia, yaitu bahasa Melayu. Untuk mengetahui bagaimana perubahan yang terjadi pada bahasa Indonesia, penulis melakukan kajian mengenai perubahan bahasa Indonesia pada teks naratif tiga masa: Hikayat Abdullah (1838), novel Tenggelamnya Kapal van Der Wijck (1938), dan novel Ayah (2015). Rumusan penelitian ini adalah bagaimana perubahan bahasa Melayu-Indonesia terjadi dalam teks naratif. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan perubahan bahasa yang terjadi pada teks naratif bahasa Melayu-Indonesia, khususnya pada aspek leksikal, morfologis, dan sintaksis. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) secara fonologis, perubahan bahasa Melayu ke bahasa Indonesia paling banyak terjadi secara lenisi (pelemahan bunyi) dan sinkope (penghilangan bunyi); (2) secara semantis, perubahan yang paling banyak terjadi adalah penyempitan makna; (3) secara morfologis, perubahan banyak terjadi pada pembentukan kata ulang (reduplikasi) dan pembentukan kata turunan (afiksasi); dan (4) secara sintaksis, perubahan yang paling menonjol terjadi pada struktur klausa dan penggunaan partikel –lah: bahasa Melayu pada masa lalu secara umum menggunakan struktur PS, sedangkan bahasa Indonesia sekarang umumnya menggunakan struktur SP. Partikel –lah pada bahasa Melayu hampir ada pada setiap klausa verbal, sedangkan pada bahasa Indonesia sekarang partikel –lah sedikit digunakan.
Kata kunci: perubahan bahasa, Melayu-Indonesia, teks naratif
Abstract: Changes in the Indonesian language can be traced back to the past by looking at the main Indonesian language, namely Malay. To find out how changes have occurred in the Indonesian language, the author conducted a study of changes in Indonesian in three-time narrative texts: Hikayat Abdullah (1838), the novel Tenggelamnya Kapal van Der Wijck (1938), and the novel Ayah (2015). The formulation of this research is how changes in the Malay-Indonesian language occur in the narrative text. The purpose of this study is to describe the language changes that occur in the Malay-Indonesian language narrative text, especially in the lexical, morphological, and syntactic aspects. This study used descriptive qualitative method. The results of the study are as follows: (1) phonologically, the most common changes from Malay to Indonesian occur in lenisi (sound attenuation) and syncope (sound loss); (2) semantically, the change that occurs most is a narrowing of meaning; (3) morphologically, many changes occur in reduplication and derivative word formation (affixation); and (4) syntactically, the most prominent changes occurred in the structure of clauses and the use of particles –lah: in the past, Malay generally used the Predicate-Subject structure, while Indonesian today generally used the Subject-Predicate structure. Particles -lah in Malay, are almost in every verbal clause, whereas in Indonesian today they are slightly used.
Keywords: language change, Malay-Indonesian, narrative text
1. Pendahuluan
1.1 Latar Penelitian/Kajian
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang relatif baru. Menurut Kridalaksana (2017), tanggal 2 Mei 1926 merupakan hari lahir Bahasa Indonesia; dan yang mengusulkan nama itu ialah M. Tabrani. Nama bahasa Indonesia ini kemudian dimunculkan pada Kongres Bahasa II tahun 1928. Terlepas dari kepentingan politik, bahasa Indonesia adalah bentuk dialek dari bahasa Melayu karena bahasa yang dikembangkan menjadi bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu.
Perubahan merupakan suatu
keniscayaan bagi semua hal yang ada di dunia ini termasuk pada bahasa.
Perubahan pada bahasa terjadi karena adanya perubahan pada manusianya sebagai
pengguna bahasa. Manusia tidak pernah ingin merasa kesusahan sehingga manusia
menyesuaikan apa yang ada di dunia demi memenuhi kebutuhannya serta menciptakan
hal-hal baru yang membutuhkan label. Jadi, secara garis besar, bahasa berubah
karena dunia berubah (Trask, 2010).
Dengan melihat asal bahasa
Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu, pengkajian perubahan bahasa
Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pengkajian bahasa Melayu pada masa lampau.
Pengkajian perubahan bahasa merupakan hal yang penting dilakukan untuk
mengetahui bagaimana bahasa itu berubah yang nantinya bisa bermanfaat untuk
memprediksikan ataupun merencanakan bahasa untuk masa depan.
Untuk melihat bagaimana perubahan
bahasa bahasa Indonesia terjadi, penulis akan menganalisis perubahan-perubahan
yang terjadi pada bahasa Indonesia dengan melihat sumber literal berupa teks
naratif. Adapun teks yang penulis pilih adalah teks Hikayat Abdullah yang terbit tahun 1838, teks novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck karya
HAMKA yang terbit pada tahun 1938, dan teks novel Ayah karya Andrea Hirata yang terbit pada tahun 2015. Alasan
pemilihan ketiga karya ini adalah ketiga karya ini ditulis dalam rentang waktu
200 tahun dengan pembagian 100 tahun jarak tiap karyanya, yaitu 1838 ke 1938.
Rentang seratus tahun penulis percayai sebagai rentang waktu yang bisa
menunjukkan adanya perubahan terhadap bahasa yang digunakan.
Berdasarkan hal tersebut, penulis akan
mendeskripsikan perubahan bahasa Melayu-Indonesia yang terjadi pada karya
sastra. Adapun rumusan penelitian/kajian ini adalah bagaimana perubahan bahasa
Melayu-Indonesia terjadi pada tataran leksikal, morfologis, dan sintaksis
terjadi dalam teks naratif?
1.2 Kajian
Pustaka
Dalam bagian kajian pustaka ini akan dijelaakan
penelitian/kajian terdahulu tentang perubahan bahasa dan posisi penelitian ini
serta dijelaskan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini.
a.
Penelitian
Terdahulu
Penelitian/kajian
perubahan bahasa telah cukup banyak dilakukan meskipun tidak sebanyak kajian
linguistik lain, seperti sosiolinguistik, pragmatik, ataupun analisis wacana.
Hal tersebut wajar karena perubahan bahasa merupakan kajian diakronis yang
membutuhkan data dari masa lampau untuk dibandingkan dengan bahasa sekarang.
Selain itu, perubahan bahasa juga terjadi dalam waktu yang lama. Idealnya
bahasa bisa dikatakan mengalami perubahan yang cukup signifikan ketika sudah
minimal 100 tahun. Meskipun demikian, ada beberapa kajian perubahan mutakhir
yang dapat penulis ambil sebagai pemerkaya kajian penulis ini.
Kajian
perubahan bahasa yang pertama adalah kajian yang dilakukan oleh Harya dengan
judul “Language Change and Development: Historical Linguistics” yang dimuat
dalam Premise Jurnal tahun 2016. Kajian tersebut pada intinya membahas
perubahan bahasa yang terjadi di masyarakat. Perubahan bahasa internal dan
eksternal merupakan inti kajian tersebut dengan menyatakan bahwa perubahan
internal terjadi karena faktor internal pengguna bahasa, seperti keluarga dan
lingkungan masyarakat dan perubahan bahasa eksternal terjadi akibat kontak
bahasa dengan pengguna bahasa dan budaya lain.
Kajian
perubahan bahasa yang selanjutnya dilakukan oleh Puspahaty dengan judul
“Perubahan Bahasa di Lingkungan Kecamatan Cibarusah” yang diterbitkan pada
Jurnal Makna tahun 2017. Penelitian ini membahas perubahan bahasa yang
digunakan oleh masyarakat Desa Sindang, Kecamatan Cibarusah. Perubahan bahasa
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan bahasa Sunda yang digunakan
masyarakat setempat dan adanya pergeseran penggunaan bahasa menuju penggunaan
bahasa Indonesia meskipun pergeseran tersebut tidak sampai mengancam eksistensi
bahasa Sunda di masyarakat.
Kajian
selanjutnya dilakukan oleh Sudaryanto dengan judul “Tiga Fase Perkembangan
Bahasa Indonesia (1928—2009): Kajian Linguistik Historis yang dimuat dalam
Jurnal Aksis tahun 2018. Kajian linguistik historis yang dilakukan Sudaryanto
ini lebih memfokuskan aspek historis bahasa Indonesia dari sisi peran bahasa.
Sudaryanto membagi bahasa Indonesia ke dalam tiga fase, yaitu fase bahasa
persatuan, fase bahasa negara, dan fase bahasa internasional.
Berdasarkan
kajian-kajian perubahan bahasa yang telah penulis tinjau, penulis melihat
kesamaan dan perbedaan kajian-kajian tersebut dengan kajian yang penulis
lakukan. Persamaannya adalah data yang digunakan, yaitu data bahasa Indonesia.
Di sisi lain, perbedaan kajian-kajian tersebut dengan kajian penulis meliputi
(1) kajian Harya memfokuskan pada penyebab terjadinya perubahan bahasa yang
digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal, sedangkan kajian penulis mendeskripsikan perubahan bahasa
pada bahasa karya sastra (bahasa tulis) dari segi perubahan leksikal, morfologis,
sintaksis; (2) kajian Puspahaty memfokuskan penelitian pada bahasa lisan bahasa
Sunda dan bahasa Indonesia yang digunakan masyarakat pada satu masa, sedangkan
kajian penulis fokus pada bahasa tulis (karya sastra) yang ada pada tida masa,
yaitu tahun 1838, 1938, dan 2015; (3) kajian Sudaryanto memfokuskan kajian pada
peran bahasa Indonesia bagi masyarakat dan negara, sedangkan kajian penulis
tidak membahas peran secara politis bahasa Indonesia bagi masyarakat.
Berdasarkan perbedaan-perbedaan tersebut, penulis memosisikan kajian ini
sebagai kajian perubahan bahasa yang belum pernah dilakukan sebelumnya karena
menggunakan data karya sastra, khususnya karya sastra Hikayat Abdullah, novel Tenggelamnya
Kapal van Der Wijk, dan novel Ayah.
b. Landasan Teori
Suatu bahasa dikatakan berubah ketika muncul suatu inovasi bahasa yang tersebar luas dan diterima oleh suatu masyarakat tutur. Inovasi ini bisa berupa peminjaman dari dialek atau bahasa lain (Sukmawati, 2015). Perubahan bahasa dapat dipicu oleh faktor internal seperti produksi, persepsi dan pemerolehan bahasa, maupun eksternal seperti sentuh bahasa dan tekanan sosiolinguistik yang muncul dengan adanya identitas kelompok, prestise, dan pendidikan (Minkova, 2014).
Perubahan internal pada hakikatnya
merupakan perubahan yang terjadi dari dalam bahasa itu sendiri pada sistem
grammatikanya. Perubahan ini dapat menimpa sistem fonologinya (pola intonasi
kalimat dan pola prosodi kata), pola urutan frasa dalam kalimat (Haryono,
2011). Sementara itu, Puspahaty (2017) menambahkan bahwa faktor eksternal yang
bisa menyebabkan perubahan bahasa adalah migrasi atau perpindahan penutur
bahasa, nilai ekonomis sebuah bahasa, temuan teknologi, dan situasi politik.
Waktu merupakan salah satu alat ukur untuk melihat perubahan bahasa. Bahasa
yang digunakan tahun jauh sebelum saat ini akan berbeda dengan bahasa yang
digunakan sekarang dan bahkan pada masa yang akan datang.
Perubahan bahasa paling banyak
terjadi pada tataran bunyi (fonologis). Namun, sebenarnya perubahan bahasa bisa
terjadi pada semua aspek bahasa, seperti makna, tata bahasa dan aspek lainnya
(Hock dan Joseph, 2009). Hock dan Joseph (2009) mengemukakan beberapa tipe
perubahan bahasa, yaitu (1) perubahan
bunyi yang merupakan perubahan pada pelafalan suatu kata; (2) perubahan analogi
yaitu perubahan pelafalan suatu kata karena pengaruh atau analogi kata lain;
(3) sintaktik yaitu perubahan struktur kalimat – cara kata disusun bersama
dalam sebuah kalimat; (4) perubahan semantik
dan leksikal.
Perubahan bunyi merupakan perubahan
bahasa yang merujuk pada pengucapan dan istilah teknis lain yang berkaitan
dengan sistem bunyi manusia yang cenderung bersifat reguler (Hock dan Joseph,
2009: 8). Perubahan bunyi memiliki beberapa jenis, seperti asimilasi,
pelemahan, dan penghilangan (Hock dan Joseph, 2009: 126). Sementara itu,
Jeffers dan Lehiste (1979:64—67) menjabarkan dengan lebih terperinci, yaitu
perubahan, penambahan fonem, peluluhan fonem, dan pertukaran fonem. Selain
jenis, ada beberapa tipe perubahan bahasa, yaitu tipe split,
merger, phonemic loss, monophonemization dan diphonization. Peluluhan yang
juga termasuk dalam perubahan fonologi juga memiliki beberapa tipe, yaitu aphaeresis, syncope, apocope dan parogog.
Untuk penambahan bunyi, terdapat perubahan metathesis.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian atau analisis yang penulis gunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data yang penulis gunakan adalah teks Hikayat Abdulah, novel Tenggelamnya Kapal van Der Wijck, dan novel Ayah. Data berupa kata, bentukan kata, frasa, dan kalimat yang terdapat di dalam ketiga naskah naratif tersebut. Data dari ketiga sumber data tersebut kemudian dibandingkan sesuai dengan kelasnya untuk selanjutnya dianalisis perubahan-perubahan bahasa yang terjadi.
Artikel lengkap dapat di-download di sini.
Posting Komentar