DEFINISI PROSA
Frasa dapat didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif. Dikatakan nonpredikatif yaitu karena frasa yang terdiri atas dua kata atau lebih tidak memeiliki hubungan / berstruktur subjek-predikat atau berstruktur predikat-objek. Frasa dalam sebuah kalimat hanya akan menempati satu fungsi saja, entah itu menjadi subjek saja, objek saja, predikat, dsb.
Selain bersifat nonpredikatif, kata-kata yang menyusun sebuah frasa adalah kata bebas atau morfem bebas. Jika sebuah gabungan kata terdiri atas 2 kata tetapi salah satu kata-nya bukan merupakan morfem bebas (morfem terikat) maka gabungan kata tersebut tidak dapat dikatakan sebagai frasa.
Sebagai perbandingan, kita lihat kata berikut:
1. Mobil baru
2. Buku bahasa
3. Antarkota
4. Tata boga
Gabungan kata pada nomor 1 dan 2 memiliki unsur kata/morfem yang keduanya bebas, sehingga gabungan kata tersebut dapat dikatakan sebagai frasa. Namun pada nomor 3 dan 4, kata-kata yang menyusun tidak semuanya merupakan kata/morfem bebas. Kata antar dan boga bukan merupakan morfem bebas atau morfem terikat. Oleh karena itu, gabungan kata nomor 3 dan 4 tidak dapat dikatakan sebagai frasa.
Ciri lain sebuah frasa adalah frasa memiliki kelonggaran untuk dapat disisipi kata lain. Sebagai contoh, frasa buku humor, buku baru, rumah kecil, memiliki kelonggaran untuk dapat disisipi kata lain seperti: buku mengenai humor, buku yang baru, rumah yang kecil, dan lain sebagainya. Namun demikian, walaupun frasa memiliki kelonggaran untuk disisipi kata lain, sebuah frasa tidak dapat dipisah atau dipindahkan sendirian kata-kata penyusunnya. Misalnya frasa “kamar mandi” dalam kalimat “Ayah sedang di kamar mandi” tidak dapat dipindahkan satu unsurnya saja menjadi “ Ayah di kamar sedang mandi”. Pemindahan seperti tersebut di atas jelas tidak diperkenankan karena menghilangkan arti yang sebenarnya.
JENIS-JENIS FRASA
Frasa secara umum dibedakan menjadi 4 macam yaitu frasa eksosentrik, frasa endosentrik (frasa subordinatif atau frasa modifikasi), frasa koordinatif, dan frasa apositif.
1. Frasa Eksosentrik
Yaitu frasa yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhanya. Adapula yang mendefinisikan frasa eksosentrik sebagai Frasa yang distribusinya tidak sama dengan salah satu atau semua unsurnya.
Sebagai contoh:
Frasa “jual beli” frasa ini tidak dapat digantikan dengan salah satu unsur frasa itu yaitu “jual” saja ataupun “beli” saja.
2. Frasa Endosentris
Yaitu frasa yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhanya. Lebih mudah dapat dikatakan bahwa frasa endosentris yaitu frasa yang distribusinya sama dengan salah satu atau semua unsurnya.
Sebagai contoh:
Frasa “sedang membaca” dapat dipenuhi maknanya dengan salah satu unsur frasanya yaitu membaca.
Dalam kalimat misalnya “ Saya sedang membaca buku” akan sama atau dapat siwakili dengan “Saya membaca buku”. Hal tersebut tidak berlaku dalam frasa eksosentrik.
3. Frasa Koordinatif
Adalah frasa yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama dan sederajat dan secara potensial dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif. Konjungsi yang digunakan dapat berupa konjungsi tunggal “dan, atau, tetapi” ataupun konjungsi terbagi “ baik … baik, makin … makin, dan baik … maupun”.
Contoh : sehat dan kuat, buruh atau majikan, makin terang makin baik,
Frasa koordinatif ada yang tidak menggunakan konjungsi secara eksplisit, biasa disebut dengan frasa parataksis.
Contoh : hilir mudik, sawah lading, dua tiga hari, tua muda
4. Frasa Apositif
Adalah frasa koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk sesamanya. Urutan komponen dalam frasa ini dapat dipertukarkan..
Contoh frasa: “Pak Ahmad, guru saya”
Dalam kalimat bisa disusun “ Pak Ahmad, guru saya, pandai sekali.” Frasa tersebut dapat juga disusun dalam bentuk berbeda yaitu “ Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.”
Kategori Frasa
1. Frasa Setara dan Frasa Bertingkat
Sebuah frasa dikatakan setara jika unsur-unsur pembentuknya berkedudukan sederajat atau setara.
Contoh:
Saya dan adik makan-makan dan minum-minum di taman depan.
Frasa saya dan adik adalah frasa setara sebab antara unsur saya dan unsur adik mempunyai kedudukan yang setara atau tidak saling menjelaskan. Demikian juga frasa makan-makan dan minum-minum termasuk frasa setara. Frasa setara ditandai oleh adanya kata dan atau atau di antara kedua unsurnya. Selain frasa setara, ada pula frasa bertingkat. Frasa bertingkat adalah frasa yang terdiri atas inti dan atribut.
Contoh:
Ayah akan pergi nanti malam.
Frasa nanti malam terdiri atas unsur atribut dan inti.
2. Frasa Idiomatik
Contoh:
1) Dalam peristiwa kebakaran kemarin seorang penjaga toko menjadi kambing hitam.
2) Untuk menyelamati saudaranya, keluarga Pinto menyembelih seekor kambing hitam.
Kalimat 1) dan 2) menggunakan frasa yang sama yaitu frasa kambing hitam. Kambing hitam pada kalimat 1) bermakna 'orang yang dipersalahkan dalam suatu peristiwa', sedangkan dalam kalimat 2) bermakna 'seekor kambing yang warna bulunya hitam'.
Makna kambing hitam pada kalimat 1) tidak ada kaitannya dengan makna kata kambing dan kata hitam. Frasa yang maknanya tidak dapat dirunut atau dijelaskan berdasarkan makna kata-kata yang membentuknya dinamakan frasa idiomatik.
KELAS FRASA
Frasa dibagi menjadi enam kelas kata. Pembagian frasa meliputi frasa benda, kerja, sifat, keterangan, bilangan, dan depan.
1. Frasa Benda atau Frasa Nomina
Frasa benda atau frasa nomina adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata benda. Unsur pusat frasa benda yaitu kata benda.
Contoh:
a. Dita menerima hadiah ulang tahun.
b. Dita menerima hadiah.
Frasa hadiah ulang tahun dalam kalimat distribusinya sama dengan kata benda hadiah. Oleh karena itu, frasa hadiah ulang tahun termasuk frasa benda atau frasa nomina.
2. Frasa Kerja atau Frasa Verba
Frasa kerja atau frasa verba adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata kerja atau verba.
Contoh:
Adik sejak tadi akan menulis dengan pensil baru.
Frasa akan menulis adalah frasa kerja karena distribusinya sama dengan kata kerja menulis dan unsur pusatnya kata kerja, yaitu menulis.
3. Frasa Sifat atau Frasa Adjektiva
Frasa sifat atau adjektiva adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata sifat. Frasa sifat mempunyai inti berupa kata sifat. Kesamaan distribusi itu dapat dilihat pada jajaran berikut.
Contoh:
a. Lukisan yang dipamerkan itu memang bagus-bagus.
b. Lukisan yang dipamerkan itu – bagus-bagus.
4. Frasa Keterangan atau Frasa Adverbia
Frasa keterangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata keterangan. Biasanya inti frasa keterangan juga berupa kata keterangan dan dalam kalimat sering menduduki fungsi sebagai keterangan.
a. Frasa keterangan sebagai keterangan.
Frasa keterangan biasanya mempunyai keleluasaan berpindah karena berfungsi sebagai keterangan. Oleh karena itu, frasa keterangan dapat terletak di depan atau di belakang subjek atau di awal dan di akhir kalimat.
Contoh:
1) Tidak biasanya dia pulang larut malam.
2) Dia tidak biasanya pulang larut malam.
3) Dia pulang larut malam tidak biasanya.
b. Frasa keterangan sebagai keterangan pada kata kerja.
Contoh:
Saya tidak hanya bertanya, tetapi juga mengusulkan sesuatu.
5. Frasa Bilangan atau Frasa Numeralia
Frasa bilangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata bilangan. Pada umumnya frasa bilangan atau frasa numeralia dibentuk dengan menambahkan kata penggolong atau kata bantu bilangan.
Contoh:
Dua orang serdadu menghampirinya ke tempat itu.
6. Frasa Depan atau Frasa Preposisional
Frasa depan adalah frasa yang terdiri atas kata depan dengan kata lain sebagai unsur penjelas.
Contoh:
Laki-laki di depan itu mengajukan pertanyaan kepada pembicara.
Frasa yang Bersifat Ambigu
Ambiguitas terkadang ditemui dalam susunan frasa. Ambiguitas berarti kegandaan makna.
Contoh:
Kambing hitam dan mobil tetangga baru. Frasa kambing hitam dapat mempunyai dua makna, yakni kambing yang berbulu (berwarna) hitam dan sebuah ungkapan yang berarti orang yang dipersalahkan. Frasa mobil tetangga baru juga dapat memiliki dua makna, yakni yang baru adalah mobil (milik tetangga) dan yang baru adalah tetangga (bukan mobilnya). Frasa ambigu akan menjadi jelas jika digunakan dalam kalimat.
DEFINISI DAN JENIS-JENIS FRASA (Saefu Zaman)
Sumber: Sintaksis, Ramlan, 1997, Yogyakarta, Karyono
Abdul Chaer. 2003. Linguistik Umum
sangat bagus :)
BalasHapusTrims..ss
BalasHapus