Penyelenggaraan pengajaran, termasuk pengajaran bahasa, sebagai bagian dari penyelenggaraan pendidikan, merupakan usaha yang persiapan dan pelaksanaannya meliputi berbagai hal dan tahapan. Penyelenggaraan pengajaran yang utuh secara keseluruhan bahkan meliputi pula penyelenggaraan tes untuk memperoleh berbagai macam dan bentuk umpan balik tentang pengajaran yang telah diselenggarakan.
Dalam praktik penyelenggaraan pengajaran sehari-hari, tes pada umumnya pertama-tama dikaitkan dengan usaha untuk memperoleh informasi tentang peningkatan kemampuan siswa sebagai hasil pengajaran.
Dalam bidang pendidikan pada umumnya dan bidang pengajaran pada khususnya, tes diartikan sebagai alat, prosedur atau rangkaian kegiatan yang digunakan untuk memperoleh contoh tingkah laku seseorang yang memberikan gambaran tentang kemampuannya dalam suatu bidang ajaran tertentu. Dalam pengajaran bahasa, tes semacam itu dikenal sebagai tes bahasa yang sasaran pokoknya adalah tingkat kemampuan berbahasa.
Tes dalam berbagai pelajaran tidak akan lepas dengan yang namanya soal. Soal merupakan salah satu bentuk tes untuk mengukur kemampuan anak yang telah mengikuti pembelajaran. Tes yang berupa soal merupakan wahana yang digunakan sebagai pengukur kemampuan anak dapat disusun biasa disusun oleh guru yang biasanya digunakan untuk ulangan harian, tugas ataupun ujian sekolah. Bentuk-bentuk soal pun ada berbagai macam, ada yang berupa lisan, ada juga yang tulis. Jenis dari tes lisan dan tes tulis pun sangat bervariasi.
Tes tulis sebagai tes yang sampai saat ini dianggap sebagai tes yang lebih mudah dalam pelaksanaan dan pengolahan hasilnya sering memiliki kendala-kendala dalam penggunaanya. Maka dari itu seorang guru harus dapat mengetahui penerapan berbagai macam tes tulis agar tujuan dari tes yang akan diadakan mempunyai validitas yang tinggi.
Namun dalam kenyataanya dalam penyusunan soal seorang guru atau pembuat soal terkendala dalam urusan teknis pembuatan. Guru sebagai seorang yang bertugas menyusun soal dalam upaya mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran terkadang malah tidak mengetahui bagaimana cara membuat soal yang baik. Bahkan tidak mengetahui bentuk soal apa yang paling cocok digunakan sebagai pengukur kemampuan anak sesuai kompetensi dasar yang diajarkan. Penyusunan soal yang begitu kompleks dan masih kurang dipahami tersebut kemungkinan yang mendasari beberapa kegagalan siswa dalam mengikuti ujian nasional yang merupakan soal yang telah memenuhi standar yang ditetapkan.
Pengertian soal dalam pembelajaran tidak dapat dipisahkan dengan pengertian tes. Soal sebagai bentuk tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan aturan yang sudah ditentukan. Bentuk soal dapat bermacam-macam, maka dari itu dalam pengerjaan soal tergantung dari petunjuk yang diberikan. Misalnya melingkari salah satu jawaban, menerangkan, mencoret jawaban yang salah, melakukan tugas atau suruhan, menjawab secara lisan, dan sebagainya.
Soal dalam pembelajaran mempunyai berbagai macam jenis. Dilihat dari bentuknya terdapat tes lisan dan tes tulis. Tes lisan biasanya berupa perintah atau simulasi untuk melakukan sesuatu, sedangkan untuk tes tertulis berupa tes subjektif dan tes objektif.
Tes subjektif yang pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban dan pembahasan berupa uraian kata-kata. Sedangkan tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaanya dapat dilakukan secara objektif yang mana hal tersebut dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai. Jumlah tes objektif biasanya lebih banyak dari tes subjektif. Macam tes objektif antara lain adalan tes benar-salah, tes pilihan ganda, menjodohkan, dan tes isian.
Penulisan soal adalah suatu hal yang sangat vital dalam menentukan hasil soal yang dibuat. Tanpa adanya tahapan-tahapan yang benar dalam penulisanya, soal yang dihasilkan sangatlah mungkin mempunyai mutu yang rendah ataupun tidak dapat dipakai sebagai alat pengukur kemampuan yang dimiliki siswa yang sesuai dengan yang diharapkan dalam kompetensi dasar yang ajarkan.
Ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan untuk menyusun soal yang baik, antara lain:
- Menentukan Tujuan Tes/soal
Penyusunan tes diawali dengan menentukan tujuan yang ingin dicapai dengan menyelenggarakan tes tersebut. Dalam tes bahasa pada umumnya tes disusun sebagai tes hasil belajar. Tes hasil belajar yang mempunyau tujuan utama yaitu untuk menentukan tingkat penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan sampai tahap tertentu hingga tes tersebut diselenggarakan. Selain tujuan utama tersebut biasanya tes dilakukan juga dengan tujuan untuk mengetahui kesulitan belajar siswa, dan kelemahan butir-butir tes.
- Penentuan jenis dan bentuk soal
Dalam menentukan jenis tes yang akan digunakan perlu memperhatikan beberapa faktor yaitu jumlah peserta tes, banyak sedikitnya bahan yang harus dicakup, waktu yang tersedia, kemampuan pengajar untuk mengembangkan soal, kemudahan penyelenggaraan, kemudahan pelaksanaan koreksi dan penilaian. Semua itu perlu diperhatikan dengan seksama agar jenis dan bentuk tes yang digunakan dapat benar-benar mengukur tingkat kemampuan dan pemahaman siswa.
Faktor-faktor tersebut di atas mempunyai peranan yang sangat banyak pada penentuan soal yang akan dibuat. Misalnya soal esai, mempunyai kemudahan dalam penyusunan soalnya tetapi dalam pengoreksian akan membutuhkan waktu yang lama dan memerlukan pikiran yang tidak sedikit. Soal esai berbanding terbalik dengan soal pilihan ganda, soal pilihan ganda dalam penyusunanya memang agak berat dan memakan waktu yang lama dan dalam jumlah yang banyak, tetapi pada akhirnya ketika memeriksa hasil jawaban yang dikerjakan akan sangat mudah dan cepat.
Kisi-kisi merupakan deskripsi mengenai ruang lingkup dan isi materi yang akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi sebelum membuat soal adalah untuk menentukan ruang lingkup dan tekanan soal yang setepat-tepatnya sehingga dapat menjadi petunjuk dalam menulis soal. Dengan adanya penyusunan kisi-kisi maka akan sangat mudah dalam mendeteksi poin mana yang tepat digunakan sebagai tes dari berbagai kompetensi dasar.
- Penulisan Butir Soal
Tahap penulisan butir soal dimulai dengan menentukan jumlah soal yang perlu disusun. Penulisan butir tes pertama-tama mungkin menghasilakan butir soal yang memeliki berbagai kekurangan dan kelemahan. Dengan kenyataan demikian maka sebagai persediaan penyusunan butir soal diperlukan jumlah yang lebih besar dari klebutuhan karena pada akhirnya butir-butir tersebut akan dipilih yang sesuai dengan kompetensi yang diujikan. Selain membuat butir-butir soal perlu juga disusun kunci jawaban yang nantinya akan digunakan sebagi acuan penilaian. Setelah mendapatkan butir-butir soal selanjutnya kita harus memilih lagi butir soal mana yang sekiranya tepat untuk dipakai.
- Pemantapan Butir Soal atau Validasi Soal dan Kunci Jawaban
Usaha pemantapan yang paling baik dan bertanggung jawab dalam pengembangan tes dan butir-butirnya dapat diusahakan melalui rangkaian uji coba. Uji coba biasanya dilakukan hanya pada pengembangan tes berstandar yang luas jangkauan pernggunaanya dan penting kegunaanya. Usaha pemantapan ini bertujuan untuk mengetahui kesesuain, kelebihan, dan kekurangan dari soal yang telah disusun.
Setelah soal benar-benar teruji validitasnya, kemudian kunci jawaban yang sudah dibuat bersamaan pembuatan butir soal diuji kembali kebenaranya dan kemudian disusun sesuai dengan urutan soal yang telah dibuat.
Pembuatan soal tidaklah lengkap tanpa disertai dengan penyusunan soal menjadi perangkat tes yang baik. Dalam tahapan yang terakhir ini naskah soal yang sudah ada disusun menjadi alat tes yang sempurna disertai jawabanya.
Kunci jawaban yang dibuat harus sesuai dengan susunanya dengan soal yang telah tersusun. Perlu diperhatikan pula dalam membuat jawaban untuk soal objektif berupa jawaban pendek, jawaban berupa alternatif jawaban benar dan untuk soal esai jawaban berupa rambu-rambu jawaban yang benar. Selain jawaban, cara penilaian dan mengolah sekor juga harus dibuat agar tidak terjadi kesalahan dalam penilaian.
Posting Komentar