Periode Sastra Indonesia
Perkembangan sastra dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena adanya perubahan gaya para sastrawan dalam menghasilkan karyanya. Dengan adanya perubahan-perubahan itu muncullah istilah periodisasi sastra.
Periodisasi sastra berarti pembagian zaman perkembangan sastra. Periode sastra merupakan bagian waktu yang dikuasai oleh norma-norma sastra dan konvensi sastra tertentu. Tiap periode ini memiliki waktu berkembang, meluas, integrasi, dan lenyap yang dapat dirunut. Para sastrawan yang memiliki kesamaan konsepsi/ ide yang hendak dilaksanakan dan diperjuangkan biasa disebut Angkatan.
Pujangga Lama
Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.
Karya Sastra Pujangga Lama
• Hikayat Abdullah
• Hikayat Aceh
• Hikayat Amir Hamzah
• Hikayat Andaken Penurat
• Hikayat Bayan Budiman
• Hikayat Djahidin
• Hikayat Hang Tuah
• Hikayat Iskandar Zulkarnain
• Hikayat Kalila dan Damina
• Hikayat Masydulhak
• Hikayat Pandawa Jaya
• Hikayat Pandja Tanderan
• Hikayat Putri Djohar Manikam
• Hikayat Sri Rama
• Hikayat Tjendera Hasan
• Tsahibul Hikayat
• Hikayat Kadirun
Sastra Melayu Lama
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.
Karya Sastra Melayu Lama
• Robinson Crusoe (terjemahan)
• Lawan-lawan Merah
• Mengelilingi Bumi dalam 80 hari (terjemahan)
• Graaf de Monte Cristo (terjemahan)
• Kapten Flamberger (terjemahan)
• Rocambole (terjemahan)
• Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo)
• Bunga Rampai oleh A.F van Dewall
• Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe
• Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan
• Kisah Pelayaran ke Makassar dan lain-lainnya
• Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R Kommer (Indo)
• Cerita Nyi Paina
• Cerita Nyai Sarikem
• Cerita Nyonya Kong Hong Nio
• Nona Leonie
• Warna Sari Melayu oleh Kat S.J
• Cerita Si Conat oleh F.D.J. Pangemanan
• Cerita Rossina
• Nyai Isah oleh F. Wiggers
• Drama Raden Bei Surioretno
• Syair Java Bank Dirampok
• Lo Fen Kui oleh Gouw Peng Liang
• Cerita Oey See oleh Thio Tjin Boen
• Tambahsia
• Busono oleh R.M.Tirto Adhi Soerjo
• Nyai Permana
• Hikayat Siti Mariah oleh Hadji Moekti (indo)
• dan masih ada sekitar 3000 judul karya sastra Melayu-Lama lainnya (Wikipedia).
Angkatan Balai Pustaka
Setelah era sastra melayu, muncul angkatan yang baru yaitu angkatan ’20 yang biasa juga disebut dengan angkatan nalai pustaka. Angkatan balai pustaka bertujuan untuk memberikan pendidikan dan mencerdaskan bangsa melalui bacaan.
Dalam angkatan ini Nur Sutan Iskandar sering disebut sebagai “Raja Angkatan Balai Pustaka” karena banyaknya karya yang diciptakannya.
Karya sastra yang paling terkenal dari angkatan ini adalah novel Siti Nurbaya dan Salah Asuhan. Kedua novel ini memiliki tema kritik social terhadap adat-adat kolot yang membelenggu masyarakat saat itu. Tema kritik social ini juga yang pada akhirnya paling sering muncul dalam karya-karya penulis Angkatan Balai Pustaka.
Beberapa penulis angkatan balai pustaka dan karya sastrannya
Pada masa ini, novel Siti Nurbaya dan Salah Asuhan menjadi karya yang cukup penting. Keduanya menampilkan kritik tajam terhadap adat-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu. Dalam perkembangannya, tema-teman inilah yang banyak diikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masa itu.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka:
• Merari Siregar (Siporok, 13 Juni 1896-1940)
• Roman Azab dan Sengsara (1920)
• Binasa kerna Gadis Priangan (1931)
• Si jamin dan Si Johan (1918)
• Marah Roesli (Padang, 17 agustus 1889-1968)
• Roman Siti Nurbaya (1922)
• Roman La Hami
• Roman Anak dan Kemenakan (1956)
• Nur Sutan Iskandar (Sumbar, 1893-1975)
• Roman Apa Dayaku karena Aku Seorang Perempuan
• Roman Salah Pilih (1928)
• Roman Karena Mertua (1932)
• Roman Hulubalang Raja (1934)
• Roman Katak Hendak Menjadi Lembu (1935)
• Abdul Muis (Solok, 1886-1959)
• Roman Salah Asuhan (1928)
• Roman Pertemuan Djodoh (1933)
• Roman Suropati (1950)
• Roman Robert Anak Suropati (1953)
• Tulis Sutan Sati ( Bukit tinggi, 1898-1942)
• Roman Tak Disangka
• Roman Sengsara Membawa Nikmat (1928)
• Syair Siti Marhumah Yang Sholeh (1930)
• Aman Datuk Madjoindo (Solok, 1896-1969)
• Roman Menebus Dosa (1932)
• Roman Si Cebol Rindukan Bulan (1934)
• Sampaikan Salamku Kepadanya (1935)
• Kumpulan cerpen Si Dul anak Betawi (1956)
ANGKATAN ‘33/ PUJANGGA BARU
ANGKATAN ‘45
ANGKATAN ‘66
Posting Komentar